Sabtu, November 9, 2024

Minangkabau Tambang Emasnya Nabi Sulaiman

More articles

Metrotalenta.online–PULAU Sumatera dinamakan orang juga pulau Andalas, pulau Perca, dan pulau…. Emas. Tetapi tentu saja tidak seluruhnya pulau Sumatera itu mengandung emas yang menyebabkan orang menamainya pulau Emas. Dan bukan pula tidak baralasan bangsa asing menamai pulau ini dengan pulau Emas, sudah pasti pada satu saman dahulu dari pulau Sumatera mengalir hasil emas ke Luar Negeri. Jadi samalah dengan kerajaan Inca pada zaman purba yang menyebabkan bangsa Sepanyol mati-matian manguasai bangsa itu. Demikian pula pulau yang dijuluki dengan pulau Emas ini. Inilah salah satu daya tarik bangsa Barat datang mencari-cari harta kekayaan kenegeri kita dan salah satu ialah emas

Faktanya, ada beberapa daerah di pulau Sumatera yang mempunyai sumber tambang emas diantaranya ialah Bangkahulu, Minangkabau, Mandahiling. Dan tak mungkin pula pada zaman yang sudah sangat lama itu mereka tertarik kepada Bangkahulu. Sebab kalau demikian halnya tak mungkin Inggeris rela melepaskan Bangkahulu dan menyerahkannya kepada Belanda. Tujuan sudah terang ialah Minangkabau dimana zaman dahulu banyak mempunyai sumber-sumber emas. Tetapi kapan adanya tambang emas itu, apakah digali dari dalam tanah atau didulang dari dalam sungai-sungai taklah dapat menetapkannya dengan pasti tahunnya. Yang jelas sampai sekarang masih terdapat beberapa sungai yang dijadikan penduduk tempat mendulang emas seperti di Supayang, didaerah utara kabupaten Pasaman dan tambang-tambang yang ada di Salido, Ranggani dan tempat- tempat lain.

Para ahli sejarah mempercayai bahwa hasil barang-barang emas yang terdapat di Minangkabau bukannya berasal dari luar tetapi adalah hasil bumi Minangkabau sendiri. Kedatangan Proto Malay (Melayu), Deutero Melayu disebabkan karena daya tarik adanya hasil emas ini yang sudah sampai kesegala pelosok dunia ini dan bangsa ini akhirnya lebur menjadi penduduk asli Minangkabau.

Kedatangan nenek moyang bangsa Minangkabau bukanlah merupakan bangsa yang masih sangat primitif lagi tandanya mereka sudah datang dengan perahu-perahu yang sudah berpedoman kepada mata angin, sehingga mereka sudah mengetahui ilmu perbintangan. Selain itu mereka juga sudah lengkap dengan beberapa keahlian lain, dalam bidang pertanian, per tukangan, kesenian, kebudayaan, ilmu pelayaran, ilmu bintang dan lain-lainnya. Dan bagi mereka yang sudah berkedudukan tinggi demikian sudah jelas mereka mengenal emas sebagai barang berharga dan menjadi alat tukar Internasional.

Pelayaran sudah ramai sejak beberapa abad yang lampau tidak saja melewati selat Malaka yang terkenal karena banyak bajak lautnya dan kontrol yang ketat dari armada Sriwijaya, tetapi juga sepanjang pantai Barat pulau Sumatera. Sehingga Tiku dan Inderapura terkenal sebagai kota-kota pelabuhan yang ramai pada abad-aba yang silam. Tidak saja pelaut-pelaut lain yang datang sebaliknya mereka juga ikut mengarungi samudera dan sampai kepelabuhan-pelabuhan di Luar Negeri.

Dr. Nooteboom dalam karangannya yang berjudul Sumatra en de zeevaart op de Indische Oceaaan dalam majalah Indonesia tahun 1950, menerangkan bahwa walaupun bangsa Sumatera (maksudnya Minangkabau), hanya mempergunakan perahu-perahu cadik pada satu zaman pemerintahan Iskandar Zulkarnaini sudah melihat dua buah perahu bangsa Minangkabau berlabuh disungai Indus. Bangsa Yunani dizaman purba mengatakan bahwa ada satu bangsa yang giat dalam pelayaran disebelah timur dan negerinya kaya dengan emas dan mereka menamakannya “Taprobane”.

Dahulu orang mengira bahwa yang dimaksud dengan “Taprobane” itu ialah Serilangka tetapi kemudian orang meyakininya yang dimaksud ialah daerah Minangkabau yang mempunyai pelabuhan-pelabuhan penting dipesisir Barat pulau Sumatera. Pada masa itu sudah ada pelayaran tetap antara pesisir Barat Sumatera dengan beberapa pelabuhan-pelabuhan di India, Ia juga menerangkan bahwa Keizer Claudius sudah pernah menerima utusan yang datang dari Timur bernama Tachius dan orang ini adalah dari Sumatera (Minangkabau) Ini terjadi pada pertengahan abad pertama tahun Masehi.

Keberanian-keberanian pelaut Minangkabau ini tak disangsikan lagi, sebab pada beberapa abad sebelum Masehi merekapun juga sudah sampai ke Madagaskar (Malagasi) dan berketurunan dipulau itu. Maka pelayaran kepelabuhan-pelabuhan India apalagi disungai Indus bukanlah satu hal yang mustahil.

Berasal dari pelaut-pelaut yang mendatangi pelabuhan2 itu juga dibawa mereka emas yang sumbernya bukanlah dari pelabuhan2 yang disinggahi mereka melainkan dari tanah air mereka sendiri. Jadi sejak beberapa abad sebelum Masehi penduduk di Minangkabau sudah mengenal emas dan sudah tahu mengusahakannya sendiri dengan alat- alat yang mereka miliki pada zaman itu. Memang masih menjadi teka teki bagaimana caranya alat-alat mereka pada masa itu tetapi bilamana diperhatikan bekas- bekas pekerjaan nenek moyang pada zaman purba tidaklah pula mengherankan.

Perhatikanlah stupa-stupa yang terbuat dari batu-batu granit yang keras dan diukir demikian rupa, dengan apakah dikerjakan mereka ? Lihatlah bandar air sawah didaerah Batu Sangkar yang digali dalam batu yang keras, dengan apakah dikerjakan mereka ?

Dalam buku Injil yang selalu mendapat perhatian para ahli Barat ditemui cerita tentang Nabi Sulaiman yang memerintahkan pelaut-pelaut Phunisia berlayar arah ketimur dan mencari sebuah negeri yang banyak mengandung emas dan namanya Ophir. Ophir manakah yang dimaksud ?

Di Asia Tenggara ada dua buah gunung bernama Ophir yang satu di Malaysia dan satu lagi di Minangkabau. Dan tak mungkin yang di Malaysia sebab sejak dahulu sampai sekarang Malaysia tidak terkenal dengan hasil emasnya. Maka Ophir yang di Minangkabaulah yang dimaksudnya. Ini terjadi kira-kira 900 tahun sebelum Masehi.

Dalam sejarah kitab suci Al Quran juga terkenal Nabi Sulaiman dengan kekayaannya yang bukan alang kepalang sehingga dipercayai nabi Sulaiman mempunyai sebuah gudang yang sangat besar dan penuh dengan mas intan yang tak ternilai harganya. Pelaut pelaut Phunisia yang diperintahkan Nabi Sulaiman itu sesudah tiga tahun kembali pulang dengan membawa 470 bahara emas dan perak, gading gajah, monyet dan burung merak. Dari manakah dibawa mereka harta kekayaan yang berupa emas perak ini ?

Walmiki pengarang epos Ramayana yang besar dan termasyhur itu juga menyinggung-nyinggung tentang cerita Nabi Sulaiman mencari emas kebahagian sebelah Timur ini dan menamai daerah emas itu dengan Swarna Dwipa.

Bangsa Yunani purba sudah membubuhkan satu tanda dalam pasanya bahwa disebelah timur ada satu daerah emas yang dinamakan “Golden Khursonese” dan ditancapkannya tanda itu sebelah timur India dan persis didaerah tengah-tengah pulau Sumatera, di Minangkabau.

Namun letaknya Ophir yang disebut Nabi Sulaiman sejak 900 tahun sebelum Masehi itu tetap menjadi teka teki yang tak bisa dipecahkan sebab ada pula yang manerangkan letaknya di Arabia, di Rhodesia, dan ada yang mengatakan di Sumatera. Baru beberapa abad kemudian bangsa lain memberi nama gunung Pasaman, atau guumung Talamau itu dengan Ophir sesuai dengan nama yang diberikan nabi Sulaiman setelah melihat tanda-tanda adanya sekitar gunung itu sumber-sumber emas. Sampai sekareng sumber emas dalam sungai-sungai sekitar itu wasih terus diusahakan penduduk dengan cara mendulangnya dan dibawa kepasaran.

Tentang adanya tambang emas di Minangkabau itu pada zaman Pemerintahan Belanda masih tetap menjadi perbincangan dan menetapkan bahwa memang ada sumber emas dan satu lagi ialah di Manggani (gunung Gadang). Dan memang Belanda pernah membuka tambang emas Manggani itu selama bertahun-tahun dan mengorek hasil kekayaamya dalam jumlah yang tidak kita ketahui. Tetapi kemudian tambang Manggani ini ditutup kembali karena ternyata kemudian bahwa hasil peraknya lebih banyak dari emasnya sehingga merugikan bagi exploitasi selanjutnya. Dan suramlah Manggani kembali, malahan dengan jalan kereta apinya yang sudah mencapai Limbanang dengan tujuan akan mencapai Manggani dicabut kembali.

Tambang emas Salido demikian juga nasibnya. Apakah induk emas” didaerah itu tak sudi memperlihatkan diri lagi, entahlah Sebab menurut kepercayaan orang-orang tua setiap tambang emas itu ada mampunyai induk dan kalau sang induk emas memperlihatkan dirinya maka hasilnya takkan bisa digali.

Jadi memang didaerah negeri kita ini ada sumber-sumber mineral yang mulia itu yang raksinya sampai tercium oleh Nabi Sulaiman, penjajah-penjajah bangsa Barat dan bangsa Yunani ratusan tahun sebelum Masehi juga sudah menciumnya.

Marsden seorang ahli Barat yang terkenal menerangkan bahwa Ophir itu tak dikenal oleh rakyat Minangkabau sebab mereka menamakan gunung itu dengan gunung Pasaman, dan dalam Kaba Anggun nan Tungga Magek Jabang dinamakannya gunung Ledang. Tetapi Verbeek seorang ahli Barat lainnya menerangkan bahwa Cerita Balkis sangat dikenal oleh rakyat Minangkabau sama dengan cerita Malim Deman dan hal itu disebabkan boleh jadi karena kedatangan bangsa Phunisia 900 tahun sebelum Masehi itu atas perintah Nabi Sulaiman dan sebagaimana diketahui Balkis ialah isteri Nahi Sulaiman.

Verbeek yang juga seorang insinyur pertambangan Belanda dan pernah bertugas di Minang kabau dimasa silam menerangkan bahwa Ninangkabau mengandung sumber-sumber emas dan tak kalah banyaknya dari Kalifornia dan Australia. Seorang ahli Barat lainnya mengatakan bahwa ada sebuah daerah yang terletak disebelah selatan Kerajaan Lamuri (Aceh) dan kaya dengan emas dan Verbeek mengatakan bahwa itulah yang Pulau Ameh sedang ahli yang tadi mengatakan namanya “Somoltra”.

Jauh sebelum kedatangan dan diketahui bangsa-bangsa Barat itu sudah ada juga hubungan antara kerajaan Minangkabau dengan kerajaan Aceh. Seorang puteri Aceh menjadi permaisuri seorang raja Minangkabau, Tetapi entah apa sebabnya sang puteri kurang mendapat perindahan dari raja sehingga kembalilah puteri kenegarinya dan mengadukan halnya kepada ayahnya. Maka sang ayah mulai mengadakan tekanan- tekanan terhadap pesisir Minangkabau mulai dari Tiku sampai ke Manjuto. Sebenarnya tak mungkin expansi yang dilakukan Aceh itu hanya disebabkan oleh soal sepele seperti pengaduan janda Raja Minangkabau itu melainkan ialah dengan sebab-sebab tertentu yang lebih besar artinya ialah emas.

Dalam roman sejarah karangan Noer Iskandar Hulubalang Raja dikisahkan bagaimana tekanan bangsa Aceh dan mencegat sudagar-saudagar emas yang datang dari darat dengan melalui jalan Sitinjau Laut.

Raja Iskandar Muda yang terkenal dari Kerajaan Aceh menerangkan bahwa mahkotanya terbuat dari emas yang didatangkan dari Minangkabau. Kepada Raja Ingggeris yang memerintah sezaman dengan Iskandar Muda, James I tahun 1612 dengan rasa bangga beliau mengatakan dalam suratnya “Kami yang mengumpulkan perbendaharaan emas dan perak dari pada penggalian emas di Salida dan negeri Pariaman.”

Maka satu kemungkinan juga bahwa dengan sampainya pelaut-pelaut bangsa Minangkabau kesungai Indus yang nemancing kedatangan putera Sultan Iskandar Zulkarnain sehingga kalau tambo menerangkan bahwa keturunan raja Iskandar Zulkarnain yang datang dan berketurunan di Minangkabau, bukanlah satu hal yang mustahil. Dan salah satu pancingan yang menarik ialah hasil emas Minangkabau yang dizaman dulu melimpah-limpah dan menjadi daya tarik yang sangat kuat bagi para pendatang disamping tujuan. lain-lainnya. Dan hubungan ini sudah berlangsung lebih dari 2 ribu tahun yang sudah lalu.

Sumber :
– A. Damhoeri , c 1970 (Digitized from the original text from A. Damhoeri’s collections)
– Foto ilustrasi : Goudmijn Tambang te Sumatra, Caspar Luyken, 1694 (rijks museum Amsterdam)
***marjafri

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

iklan

iklan

Latest