Senin, November 4, 2024

Dialog Pengenalan Kaum Muda Tentang WTBOS Warnai Hari Pertama Pembukaan Galanggang Arang 2024 Di Kota Sawahlunto

More articles

Sawahlunto,metrotalenta.online—-Melanjutkan sukses sebelumnya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek kembali menggelar iven Galanggang Arang “Anak Nagari Merayakan Warisan Dunia” yang berlangsung di tujuh kota/kabupaten di Sumatera Barat.

Memasuki zona ketiga, gelaran ini dilangsungkan di kota Sawahlunto dimana waktu pelaksanaanya bertepatan dengan hari jadi ke lima Warisan Tambang Batubara Ombilin diakui dan ditetapkan sebagai situs warisan dunia oléh UNESCO dalam sidang penetapan di Baku, Azerbaijan, pada 6 Juli 2019.

Pada event yang berlangsung dari tanggal 3 hingga 6 Juli tersebut, pihak panitia menggelar berbagai kegiatan mulai dari pagelaran seni budaya hingga dialog pengenalan WTBOS kepada generasi muda yang diselenggarakan pada hari pertama bertempat di Museum Goedang Ransoem, Rabu 3 Juli 2024.

Perwakilan UNESCO, Rahmat Gino yang didapuk sebagai salah satu pemantik dalam dialog tersebut memaparkan perjuangan kota Sawahlunto dalam merevitalisasi, merawat dan melestarikan beragam situs Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (WTBOS) hingga berhasil diakui dan ditetapkan sebagai warisan dunia oléh UNESCO.

Dia menuturkan, pengakuan UNESCO terhadap situs ini didasarkan pada dua kriteria nilai universal yang dimiliki oleh WTBOS. Nilai universal itu adalah pertukaran teknologi pertambangan antara Belanda dengan daerah jajahannya dan sebagai contoh dari teknologi tinggi yang dapat mengatasi tantangan ekstrem alam yang dihadapi.

“WTBOS ini berada dalam tiga zonasi yang terdapat di tujuh Kota/Kabupaten di Sumatera Barat dan Sawahlunto berada pada zonasi A yang terdiri dari Kompleks Pertambangan (Soengai Doerian Mining Site), Sekolah Tambang Mining School, Kompleks pengolahan batubara (Kawasan Saringan) Coal Processing Plant Compound, Transportasi Kereta Api Ombilin Ombilin Railway Transportation, Kota Perusahaan Company Town dan Kompleks Pembangkit Tenaga Listrik Tenaga Uap Salak dan Stasiun Pompa Air Rantih” papar Gino.

“Agar keberadaan WTBOS ini dapat memberi dampak lebih maksimal dalam bidang pariwisata dan lainnya yang berimbas pada perputaran perekonomian masyarakat, kami mengajak generasi muda untuk bersama-sama merawat, melestarikan dan mempromosikan kota ini baik secara lisan maupun melalui postingan di berbagai media online “, ajak Gino.

Dalam sesi dialog, tergambar antusiasme para peserta untuk lebih mengenal keberadaan berbagai situs cagar budaya WTBOS serta langkah-langkah pemerintah kota Sawahlunto dalam mendirikan dan mengembangkan berbagai bangunan peninggalan kolonial menjadi museum-museum yang sangat menarik wisatawan untuk datang berkunjung ke kota Sawahlunto.

Hal itu disampaikan oleh komunitas Terumbu Karang yang berasal dari Kota Solok.

“Kami sangat tertarik dan ingin belajar tentang bagaimana cara serta langkah-langkah apa yang mesti ditempuh dalam menjadikan bangunan cagar budaya yang ada di kota Solok sebagai sebuah museum agar keberadaannya memberi dampak positif khususnya dalam mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan sehingga dapat memacu perputaran roda ekonomi masyarakat” kata ketua komunitas tersebut.

*marjafri

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

iklan

iklan

Latest