Padang,metrotalenta.online–Pemimpin sebuah daerah atau wilayah perlu memiliki motivasi spiritual dalam memimpin masyarakat. Motivasi tersebut dapat membentuk paradigma pemimpin dan menyemangati pemimpin untuk bekerja menyejahterakan masyarakat.
Epyardi Asda menceritakan motivasi spiritual berdasarkan pengalamannya menjadi Bupati Solok kepada perangkat nagari se-Pasaman Barat di Hotel Axana, Padang, Selasa (21/5/2024). Kegiatan “Pelatihan dan Bimbingan Teknis Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintahan Nagari Se-Kabupaten Pasaman Barat” itu diikuti 270 orang perangkat nagari.
“Melakukan sesuatu, berdasarkan pengalaman saya, tergantung kepada niat kita: serius atau tidak. Tanya dalam hati, apa tujuan Bapak dan Ibu menjadi perangkat nagari. Apakah hanya untuk mencari jabatan? Apa hanya untuk disebut wali nagari atau mendapatkan pekerjaan itu? Atau memang niatnya ikhlas? Mudah-mudahan Pak Wali menjadi orang yang bermanfaat bagi nagari,” ujar Epyardi kepada 270 orang perangkat nagari yang mengikuti kegiatan tersebut.
Kalau tujuan perangkat nagari bermanfaat untuk masyarakat, Epyardi meminta perangkat nagari untuk melakukan perubahan dalam nagari. Ia meminta perangkat nagari untuk mencari peluang-peluang pembangunan yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.
“Jadilah orang yang luar biasa. Mohon maaf, saya tidak ingin menjadi orang yang biasa. Saya selalu ingin menjadi orang yang luar biasa. Ini prinsip dalam hidup saya,” ucap Epyardi.
Epyardi melanjutkan bahwa sebagai abdi masyarakat, pemimpin dalam melakukan apa pun seharusnya hanya mengharapkan rida Allah dan Rasul-Nya. Epyardi lalu teringat pesan spiritualnya bahwa hakikat ibadah bukan hanya sekadar salat dan berzikir.
“Hakikat ibadah adalah apa pun yang kita lakukan, dari bangun tidur sampai tidur kembali, bila mengharapkan rida Allah dan Rasul-Nya, semuanya akan menjadi amal ibadah bagi kita,” tuturnya.
Apabila perangkat nagari bekerja dengan niat mengharapkan rida Allah dan Rasul-Nya, kata Epyardi, serta ingin bermanfaat untuk masyarakat, jika meninggal dalam melaksanakan tugas tersebut dinilai sebagai mati syahid. Menurutnya, jika sudah ada niat seperti itu, apa pun yang dilakukan akan terasa ringan sebab tantangan apa pun akan dilakukan dengan lapang dada.
“Kita ingin menjadikan jabatan dan amanah ini sebagai amal, sebagai bekal yang akan kita bawa ke akhirat. Mudah-mudahan yang kita lakukan itu ada manfaatnya bagi rakyat,” ujar Epyardi.
Metode kepemimpinan secara Islam, kata Epyardi, ialah kepemimpinan yang berkeadilan, yang memihak dan memikirkan nasib rakyatnya. Ia mengatakan bahwa biarlah pemimpin susah berpikir dan bekerja asalkan masyarakat senang.
“Walaupun saya sudah capek dari pagi sampai sore, sebelum saya tidur, saya selalu mengingat kembali apa yang saya lakukan tadi siang. Saya pikirkan besok langkah apa yang akan saya lakukan untuk rakyat saya. Hanya itu yang ada dalam pikiran saya. Setiap saat saya ingin apa yang saya lakukan bermanfaat bagi orang lain karena itu hakikat ibadah.
Saya berharap kepada Bapak dan Ibu, berlomba-lombalah dalam kebaikan. Lakukan terobosan, lakukan sesuatu. Jangan pernah mau menjadi orang biasa. Bercita-citalah yang menjadi orang yang luar biasa sesuai dengan kapasitas dan tupoksi kita,” tuturnya.
Perihal kegiatan peningkatan kapasitas perangkat nagari tersebut, Epyardi menyarankan kepada Bupati Pasbar untuk terus meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di Pasbar. Baginya, investasi paling besar ialah investasi peningkatan SDM.
“Kenapa Singapura maju daripada Indonesia? Padahal, negaranya kecil. Sumber daya alamnya tidak ada, tetapi SDM-nya luar biasa. Jadi, jangan lupa anggarkan dana untuk peningkatan SDM karena di sinilah puncak kebangkitan sebuah daerah,” tuturnya.