Bangladesh, negara terkemuka di Asia Selatan, berambisi menjadi salah satu pusat industri penerbangan. Sementara itu Indonesia diprediksi akan menjadi pasar lalu lintas penerbangan terbesar keempat di dunia dalam waktu dekat setelah China, Amerika Serikat dan India.
Bangladesh meraih kemerdekaan pada tahun 1971 dengan memisahkan diri dari Pakistan. Setahun kemudian negara tersebut membuka hubungan diplomatik dengan Indonesia pada tahun 1972. Sejak saat itu, hubungan antara kedua negara, yang berpenduduk mayoritas Muslim dan penganut sistem pemerintahan demokratis, mengalami kemajuan pesat di banyak sektor. Namun konektivitas udara antar kedua negara masih belum terbangun.
Transportasi udara merupakan sektor vital bagi perekonomian sebuah negara. Pengembangan sektor tersebut akan menciptakan lapangan kerja, memperlancat lalu lintas barang, investasi dan wisatawan serta meningkatkan pemasukan negara dari pengoperasion maskapai penerbangan dan jaringannya.
Dalam upaya mempercepat proses pengembangan industri penerbangan, Duta Besar Bangladesh untuk Indonesia, Wakil Marsekal (Purn) Mohammad Mostafizur Rahman menyampaikan visi Bangladesh terkait industri penerbangan. Visi tersebut disampaikan dalam webinar internasional yang dihadiri para pejabat senior dari berbagai kementerian, operator penerbangan sipil dan regulator serta CEO dari berbagai maskapai penerbangan Bangladesh dan Indonesia.
Webinar internasional dimaksud diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Republik Rakyat Bangladesh di Jakarta pada hari Selasa (2-11-2021). Webinar ini mengusung tema “Visi Bangabandhu dalam Penataan Penerbangan Bangladesh dan Prospek Kerjasama Sektor Penerbangan antara Bangladesh dan Indonesia”.
Webinar ini diselenggarakan sebagai bagian dari perayaan ‘Mujib Year’, yakni peringatan seratus tahun kelahiran Bapak Bangsa dan tokoh pendiri Bangladesh, Bangabandhu Sheikh Mujibur Rahman, dan “Perayaan Tahun Emas” kemerdekaan Bangladesh. Duta Besar Mostafizur, yang merupakan seorang pilot, menyebut webinar tersebut sebagai momen spesial.
“Webinar yang diselenggarakan untuk pertama kali ini bertujuan menyebarluaskan visi Bapak Bangsa Bangladesh dalam membangun industri penerbangan Bangladesh yang bisa merambah ke seluruh dunia, serta menjajagi prospek kerja sama di sektor penerbangan dan transportasi udara antara Bangladesh dan Indonesia,” ungkap Mostafizur dalam webinar tersebut, di mana dia bertindak selaku moderator.
Dua menteri Bangladesh – Menteri Negara Luar Negeri Md Shahriar Alam dan Menteri Negara Penerbangan Sipil dan Pariwisata Md Mahbub Ali – menjadi tamu istimewa. Partisipasi keduanya merupakam pertanda dukungan penuh dan antusiasme pemerintah Bangladesh terhadap upaya pengembangan hubungan persahabatan dan kerja sama dengan Indonesia.
Dalam presentasinya sebagai salah satu pembicara utama, Sekretaris Jenderal Asosiasi Operator Penerbangan Bangladesh (AOAB) Mofizur Rahman menjelaskan tentang potensi sektor penerbangan sipil Bangladesh dan menghimbau perlunya pengembangan konektivitas udara antara kedua negara. “Kita harus menjajaki pengembangan kerjasama patungan untuk memproduksi pesawat ringan,” kata Mofizur.
Indonesia adalah produsen utama pesawat dan helikopter di Asia Tenggara. Indonesia dianggap memiliki performa sangat baik dalam Maintenance and Repair Organization (MRO), yakni perawatan dan perbaikan pesawat. Kedua negara diyakini memiliki peluang untuk menjalin kerjasama patungan dalam kegiatan MRO.
Beberapa CEO maskapai penerbangan Bangladesh dan Indonesia, yang menjadi pembicara di webinar tersebut, mengajukan beberapa proposal kerjasama. “Diskusi tersebut mengangkat beberapa bidang kerjasama dalam industri penerbangan, yang saling menguntungkan bagi Bangladesh dan Indonesia, seperti pelatihan, keamanan penerbangan, keselamatan penerbangan, manajemen bandara, manajemen lalu lintas udara, SAR, manajemen kebakaran, pengembangan sumber daya manusia, lokakarya dan pertukaran pengalaman,” demikian pernyataan Kedutaan Besar Bangladesh dalam siaran pers 3 November 2021.
Dengan 277,47 juta penduduk dan nilai ekonomi sebesar US$1,15 triliun, Indonesia merupakan pasar menjanjikan bagi Bangladesh. Menurut Boston Consulting Group (BCG), Indonesia saat ini memiliki 141 juta konsumen kelas menengah dan kelas atas. Menurut Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA), ada 91,3 juta penumpang udara pada 2019 di Indonesia sementara Bangladesh memiliki 5,96 juta penumpang udara pada tahun yang sama.
Dengan 166,92 juta orang dan PDB $352,91 miliar, Bangladesh adalah “bintang baru” di Asia Selatan. “Bangladesh memiliki catatan pertumbuhan dan program pengurangan kemiskinan yang mengesankan. Negara tersebut menjadi salah satu kekuatan ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di dunia selama satu dekade terakhir, didukung oleh keuntungan demografis, peningkatan ekspor garmen siap pakai (RMG), dan kondisi ekonomi makro yang stabil,” kata Bank Dunia dalam sebuah pernyataan pada 3 Oktober.
Menurut IATA, Bangladesh mengalami penurunan sebesar 49 persen dalam jumlah penumpang udara pada tahun 2020 dibandingkan tahun 2019 karena pandemi COVID-19. Pendapatan maskapai penerbangan pun mengalami penurunan sebesar $1,09 miliar pada tahun 2020 dibandingkan dengan 2019. Diharapkan industri penerbangan akan pulih sepenuhnya pada tahun 2024.
Hal serupa juga terjadi di Indonesia. Wabah pandemi menjadi pukulan keras bagi industri penerbangan. Masyarakat harus menunggu berakhirnya pandemi COVID-19 bagi Bangladesh dan Indonesia untuk mulai menggali potensi kerja sama antar kedua negara.
Namun kedua negara dapat melakukan berbagai persiapan sebagai landasan kerjasama sembari menunggu berakhirnya COVID-19. Webinar merupakan langkah pertama ke arah tersebut. “Jelas bahwa webinar akan membawa kedua regulator penerbangan sipil, pemimpin puncak maskapai dan pemangku kepentingan yang terkait dari kedua negara lebih dekat dan kerjasama penerbangan di masa depan akan memberikan beberapa hasil yang bermanfaat,” kata Mostafizur.
Dari segi penumpang maupun angkutan kargo, Bangladesh menawarkan banyak peluang bagi maskapai penerbangan Indonesia. Bangladesh merupakan pintu gerbang ke Asia Selatan. Proses kerjasama sebenarnya sudah dimulai bulan April tahun ini, ketika Bangladesh dan Indonesia sepakat untuk memulai rute Medan-Dhaka yang dilayani maskapai penerbangan Indonesia Lion Air.
Namun pandemi COVID-19 memaksa peluncuran rute Medan-Dhaka ditunda. Kini kedua negara bersiap menjajaki kerja sama di bidang MRO, pelatihan, kargo, dan bidang teknis lainnya, seperti diusulkan dalam webinar. (APL/Red)