Sawahlunto,metrotalenta.online–Stasiun Pompa Rantih, Fasilitas Tambang Pertama Dengan Penggunaan Tekhnologi Sand Filling,PUMPSTATION atau Stasiun Pompa air ini berlokasi di pinggir Sungai Ombilin Desa Rantih Kota Sawahlunto yang telah mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai salah satu kota warisan dunia “Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto “ (Baku, Azerbaïdjan 06/ 07/2019).
Pada area Situs Stasiun Pompa Air Rantih ini terdapat beberapa bangunan dan struktur diantaranya: Oud Pomphuis atau Rumah Pompa Lama, Niewe Pomhuis atau Rumah Pompa Baru, Water Bak atau Bak Air, Rumah Panjaga dan Gudang.
Oud Pomphuis atau Rumah Pompa Lama sudah ada di peta Kaart van Soengei Doerian tahun 1902. Niewe Pomhuis atau Rumah Pompa Baru dan Water Bak atau Bak Air sudah terdapat pada Blueprint tahun 1919.
Membaca Sekilas Sejarah
Untuk mendukung operasional penambangan Batubara pada lokasi Tambang Underground tertua di Asia Tenggara yang terletak di Kota Sawahlunto yang kala itu menjadi salah satu sumber bahan bakar pemerintah kolonial Belanda untuk industri, pelayaran termasuk kebutuhan rumah tangga Eropa, pemerintah Belanda melakulan inovasi terus menerus seiring dengan peningkatan jumlah kebutuhan dan kapasitas produksi tambang tersebut di bidang sarana prasarana pendukung terkhusus dengan penemuan dan pemanfaatan tekhnologi terbaru .
Ketika metode pengisian ruang Decarburized dengan cara pembilasan air ditemukan, manajemen tambang batubara Ombilin melakukan perombakan dan perbaikan secara besar-besaran. Metode pembilasan air ini adalah metode yang menggunakan campuran pasir, tanah liat dan kerikil yang di tembakkan dengan air melalui pipa ke dalam ruang yang akan diisi. Bagian yang padat dari material tersebut akan mengendap, sedangkan air terus mengalir keluar di sepanjang galeri lobang tambang.
Dengan cara ini, isian yang keras, padat, dan tidak dapat dimampatkan dibuat. Lubang-lubang terkecil akan terisi sehingga tidak ada saluran yang tersisa yang dapat dilalui sirkulasi udara.
Hal yang terutama sekali dibutuhkan untuk pembilasan air adalah adanya ketersediaan air yang cukup, bahan material yang cocok dan head bertekanan tinggi untuk menghantarkan material dari lokasi awal pipa air ke ruangan yang akan dibilas.
Di Sawah Loento tidak terdapat sumber air yang mencukupi serta jarak nya pun sangat jauh . Oleh karena hal di atas, pihak manajemen tambang memutuskan untuk membangun sebuah stasiun pompa air yang terletak di dekat desa Rantih di tepi sungai Ombilin yang akan memompa air melewati punggungan gunung setinggi 300 meter ke tangki penampung di lokasi tambang. Dari tangki penampung, air akan dipompa lagi oleh pompa lain ke tempat pengambilan tanah yang akan digunakan untuk resapan.
Pada mulut pipa terdapat corong berkisi-kisi untuk menyaring potongan material kerikil besar. Tanah dari stockpile dialirkan ke corong ini untuk akhirnya dibawa melalui pipa ke ruang terbuka di tambang.
Setelah di bangun , tercatat pada tahun 1907, Stasiun Pompa pertama atau lazim di sebut stasiun pompa tua ini di dukung dengan mesin Pompa sentrifugal berkekuatan tinggi. Kemudian pada tahun 1911 , stasiun pompa lama ini di pasangi sebuah motor cadangan dan tambahan pompa baru. Tahun 1912, seiring dengan peningkatan kapasitas pembangkit listrik di pusat tambang, di lakukan pemasangan jalur listrik bertegangan tinggi pada stasiun pompa ini.
Pada tahun 1915 kapasitas stasiun pompa Rantih ditingkatkan menjadi 80 liter detik, sehingga kendala kekurangan air untuk penyiraman dalam sistem Sand Filling dapat teratasi . Akhir tahun yang sama stasiun pompa ini mulai menggunakan tekhnologi baru yaitu sistem palung bergetar yang digerakkan secara elektrik .
Tahun 1919, manajemen Tambang Batubara Ombilin membangun Niewe Pomhuis atau Rumah Pompa Baru dan Water Bak/Bak Air. Tercatat dalam arsip dokumentasi Penambangan Batubara di Sawahlunto, pada tahun 1921 Stasiun Pompa baru ini beroperasi dengan di dukung tiga pompa Smulder .
Dalam perjalananya Stasiun pompa lama yang terletak di pinggiran Sungai Ombilin pernah mengalami musibah. Tahun 1929, stasiun pompa lama tersebut terendam banjir besar yang sangat parah mengakibatkan pompa listrik yang ada di dalamnya tidak dapat digunakan untuk beberapa waktu lamanya. Manajemen memutuskan bahwa Stasiun pompa ini tidak bisa lagi dipercaya setelah kejadian tersebut , oleh karena itu pihak perusahaan melakukan peningkatan kapasitas pada stasiun pompa baru dengan menambah 2 pompa baru pada tahun 1931.
Untuk persiapan pengoperasian pompa baru, dilakukanlah pembangunan perluasan stasiun pemompaan yang proses pengerjaannya dimulai pada awal tahun 1930. Pembangunan perluasan stasiun pompa baru ini menelan biaya cukup besar di sebabkan kondisi lokasi serta biaya transportasi yang diperkirakan menelan dana sebesar NLG 30.000,-(Gulden*red).
Tahun 2003, Walikota Sawahlunto Subari Sukardi meresmikan pengoperasian 2 (dua) unit Pompa Intake kapasitas 50 liter perdetik dan head 400 meter SUDSP LOAN ADB 1383 – INO tanggal 18 juni 2003 dan akhirnya pada tahun 2017 Bangunan ini di tetapkan sebagai Situs Cagar Budaya Stasiun Pompa Air Rantih/Pompstation dengan SK penetapan : No SK : 188.45/327/ WAKO-SWL/2017 Tanggal SK : 13 Oktober 2017.
* Marjafri – Komunitas Anak Nagari
Sumber :
– cagarbudaya.kemdikbud,
– De steenkolenindustrie – Lier, R.J. van 1917, De Indische mercuur,
– Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie
– Mijnwezen; mijnbouwkundig maandblad voor Nederland en koloniën, jrg 1, 1923, no 6, 1923