History,metrotalenta.online–Riwayat Berdirinya Perusahaan Perkebunan Tembakau Ditanah Deli,Barang siapa memperhatikan pancuran air yang terletak dimika postkantoor besar Medan, tentu dapat memperhatikan bahwa pada pancuran itu terukir sepotong gambar. Gambar Nienhuys, peretas jalan yang pertama dalam dunia landbouw onderneming ditanah Deli.
Jacobus Nienhuys terlahir pada tahun 1836, anak seorang makelaar tembakau di Amsterdam. Di masuk ketanah Deli pada tanggal 5 Mei 1863, yaitu kira-kira sembilan bulan sesudah dilansungkan penandatanganan perjanjian antara Soeltan Deli dengan Resident Netscher.
Nienhuys, adalah seorang yang paham dan ahli tembakau. Ia datang ke Hindia, pertama kali bekerja di kebun tembakau Nicot (Ngladju), residentie Rembang, dimana ia membuat contract dengan Gouvernement. Dari situ ia bekerdja di Singahan pada firma Vincent Farensbach, untuk memperdalam pengalamannya dalam bidang itu. Kebetulan pada 21 Sept. 1861 telah berdiri pula sebuah syarikat perusahaan tembakau di Jawa.
Syarikat itu dikepalai oleh J. Van den Arend, yang namanya kesohor juga didalam sejarah Cultuur-ondernemingen ditanah Deli ini. Dengan berdirinya syarikat itu, Van den Arend merasa perlu dapatkan seorang yang sudah ada pengalaman. Orang itu ialah Nienhuys sendiri sebab itu padanya ditawarkan pekerjaan Administrateur ppada exploitatie Van den Arend itu. Tawaran ini diterimanya pada 10 januari 1862.
Meskipun Nienhuys disebut orang sebagai pionier tanah Deli tetapi dalam sejarah Cultuur—ondernemingen, sedikit banyak ada juga perhubungan dengan kedatangan seorang Arab bernama Abdullah.
Begitulah pada awal tahun 1863 Abdullah telah datang mendapatkan sebuah firma yang bernama firma “Van Leeuwen Co”, ditanah Jawa, pada firma mana ia mengaku bahwa ia adalah seorang Raja dari tanah Deli. Bahwa tanaman tembakau sangat subur diusahakan disana dan bahwa orang dapat membuka tanah di Deli seberapa saja yang orang rasa perlu mau pakai dengan hak monopolie.
Tertarik dengan perkabaran ini, maka oleh Van Leeuwen telah diundang specialist perkara tembakau itu, ja’ni Nienhuys, apa lagi karena kebetulan syarikat Van den Arend c.s. ada membuat perhbungan dagang dengan firma Van Leeuwen. Hasil pembicaraan yang diadakan antara Van Leeuwen, Nienhuys dan Abdullah, untuk keperluan mengusahakan tembakau di Deli, perlu diadakan pertjobaan dahulu, dan sebab itu diutuslah Nienhuys ke Deli.
Demikian pada boelan Mei 1863 dengan kapal “Josephine” Nienhuys berangkat bersama Abdullah dari Betawi melalui Riouw, Singapura dan Benkalis; sampai di Deli pada hari yang terukir pada pencuran air yang terletak dimuka kantoor post Medan itu.
Ternyata bahwa Abdullah bukannya seorang raja dan sama sekali tidak ada perhubungan dengan Sultan. Menurut keterangan yang ditanyakan pada Toeankoe Sultan, ternyata bahwa baginda tidak ada berniat hendak memberikan hak monopolie, tetapi sebaliknya, siapa saja terutama orang Belanda yang hendak mengusahakan tanah, Baginda akan izinkan saja seberapa suka. Hal ini terutama menurut baginda adalah berhubung dengan kepentingan hendak membangkitkan negeri De!i menuju pada jalan kemajuan negeri dan rakyat yang sebenarnya.
Firma Van Leeuwen tarik diri, apalagi sebab ia pandang perusahaantembakau masih belum menunjukkan satu kemajuan apa apa, terbukti pula oleh karena tahun itu orang di Jawa baru menanggung kerugian sejumlah f.36.000 dari perusahaan sebagai itu.
Nienhuys mengajukan dirinya sendiri. Terutama ia lihat adalah Sultan seorang yang baik, hormat serta suka menolong orang Belanda teristimewa untuk perusahaan yang dicita citakannya selama ini. Lagi pula Sultan menjanjikan yang Baginda akan memperlindungi dan menjaga keselamatan serta kalau perlu membantu Nienhuys sendiri. Demikianlah kejadian Nienhuys memperoleh tanah untuk percobaan dari tanah seorang Indonesië di Kampung Martubung (dekat Titi Papan) disana ia mulai menanam tembakau.
Melihat Kenyataan bahwa tanah Deli benar-benar subur dan sesuai buat tembakau, Nienhuys lalu mintak consessie dari Sultan untuk perusahaannya. Awalnya terdapat halangan terkait dengan contract yang telah diteken oleh tuanku Sultan dengan pemerintah Hindia pada 22 Augustus 1862 pada pasal 7 yang berbunyi bahwa orang orang Eropah tidak boleh di biarkan berdomisili ditanah Deli.
Setiba contract ini di Betawi untuk disyahkan oleh Wali Negeri, maka pasal itu dititahkan supaya diubah yaitu pasal yang menerangkan bahwa tiada seorang Eropah pun diluluskan berdiam ditanah Deli, maka sekarang dibolehkan diam disini untuk lamanya tidak lebih dari tiga bulan, Maksudnya pasal tersebut ialah supaya kekuasaan kerajaan Belanda jangan terganggu-ganggu lagi sebagai yang sudah sudah, dimana sering kali terjadi bagi keradjaan kerajaan Melayu setiap orang putih masuk, seriap kali itu pula mereka menekeni perjanjian.
Perobahan pasal itu berboenyi :
– Radja negeri Deli dan daerahnya mengakui bahwa mereka itu tidak akan memberi tanah kepada bangsa Eropah dan kepada orang Timur atau orang Barat Asing, dan tidak boleh mereka itoe masuk dipelabuhan didalam kerajaan Deli, sebelum mendaoat izin dari Resident Riouw.
– Saudagar-saudagar boleh masuk dalam pelabuhan kerajaan Deli dan berdiam disana, itupun sebegitu jauh apabila mereka itu tidak melanggar ketertiban dan keselamatan dan bilamana mereka itu tinggal lebih lama dari tiga bulan, maka hal itu harus diberitahukan pada Resident”.
Berhubung dengan bunyi perobahan ini, ada menjadi satu halangan bagi toeankoe Soeltan pada ketika itu hendak memberikan concessie kepada Nienhuys buat pertama kali, dengan sebab mana pembicraan lalu diteruskan kepada Resident. Nienhuys menerangkan bahwa orang jangan lagi berharap selain dari pada ia sendiri yang mau mengorbankan usaha untuk mencoba tanaman cultuur ditanah Deli ini, sebab pekerjaan itu sesungguhnya menjadi suatu beban yang berat. Dari itu, apabila ia tiada diizinkan membuka hutan untuk pertanian tembakau, ia akan meninggalkan tanah Deli. Ancaman ini berhasil, Nienhuys mendapatkan izin membuka concessie. Disinilah dimulainaa percobaan untuk mengetahui kwalitas tembakau Deli.
Dengan bersusah payah pada tahun 1864 ia telah dapat manghasilkan 50 pak atau 160 pond tembakau, yang dikirimkan ke Rotterdam. Pada tahun kedua (1865) dapat pula dihasilkan 180 pak. Kedua pengiriman itu mendapat pujian di negeri Belanda. Tatkala diadakan pelelangan dalam pasar Rotterdam ternyata harganya dari 42 naik menjadi 125 roepiah perpond.
Awalnya Nienhuis mendapat concessie buat lamanya 99 tahoen (8 April 1867) tetapi kemudian concessie itu dipindahkan atas nama van den Arend yang kemudian lagi urusan Van den Arend yang diwakilkan Nienhuys ini pindah ketangan Munnick. Kejadian ini terutama oleh sebab kesukaran-kesukaran dimana Nienhuys masih belum dapat membuktikan hasil pekerjaannya. Dari pada pokok yang sudah dikeluarkan untuk itu sedikit tidak dapat menunjukkan tanda-tanda yang pokok itu ada harapan akan kembali
Pada tahun-tahun tersebut banyak hal yang menyebabkan kerugian. Selain sangat susah mencari koeli, juga gangguan binatang gajah yang banyak ketika itu membuat keadaan tidak sebagaimana diharapkan.
Pada tahun 1869 Munnick meneruskan usahanya. Ia mendapat concessie pula di Soenggal besarnya 17,00 bahu. concessie mana diganti pada concessie Van den Arend yang tersebut diatas.
Pada bulan Maart 1870 ditanam 120.000 pokok tembakau, pada bulan juni mencapai dua millioen pokok; demikianlah ketika itu telah sedia sebelas loods bagi keperluan itu.
Tahun 1871 Syarikat Van den Arend telah mempunyai kebun-kebun Soenggal Estate. Arendsburg, Deli Estate, Sadowa, Koningsgratz, dengan 500 bahu tanah yang ditanami dengan 30.000 pokok pala dan 16000 pokok kelapa. Van den Arend mempunyai dua belas kebun.
Dari situlah terbit nama Kongsi Dua Belas. Demikianlah seterusnya dikerjakan orang perusahaan di tanah Deli dan baharulah pada tahun 1873 diperoleh sukses besar bagi tanaman tembakau di Deli.
Daun tembakau Deli tersohor di negeri Belanda demikian bagusnya : “fijn als zijde”, halus sebagai sutera, demikianlah konon kabarnya yang disampaikan kemari.
Perlu juga diterangkan dalam tahun 1877 syarikat Van den Arend dijadikan Naamlooze Vennootschap dengan kapitaal 1 millioen dua ratus rupiah. Ditahun pertama N.V. ituntelah dapat menghasilkan 2294 pak tembakau. dengan pendapatan bruto 338 000 tetapi dengan kerugian netto 163.809 82.Tapi, itu semua tidak menjadi satu halangan, pekerjaan cultuuronderneming di Deli terus menerus dilakukan.
Sesudahnys Nienhuys mendapat hasil yang kedua dari tanaman tembakaunya, maka pada tahun 1866 masuk dua orang bangsa Switserland dan seseorang bangsa Djerman ketanah Deli, mengikuti jejak Nienhuys. Mereka ini juga mendapat concessie dari toeankoe Soeltan.
Tahun itu juga masuk lima orang Eropablagi, juga berusaha tembakau disamping kelapa dan kopi.
Tahun 1867 Nienhuys berangkat ke Holland”, memintak pertolongan kepada saudagar tembakau, G. Clemen. Oleh tuan.ini dimintak pertolongan dari P. W. Jansen buat sejumlah f.30.000 untuk Nienhuys. Demikianlah tahun 1868 kapitaal itu dapat di pergunakan, serta tahun itu Deli telah dapat menghasilkan 142.00 pond dengan harga 1.42 di Amsterdam. Tahun 1869 didiriksn satu maskapai besar yang bernama “Deli Maatschappij” dengan kapitaal 300,000 diantaranya separoh N. H.My jadi aandeelhouder.
Tahun 1870 datang J. T. Cremer ke Deli menjadi Hoofdadministrateur maskapai itu, dan tahun berikutnya Nienhuys pulang ke Nederland untuk selama-lamanya.
Concessie Deli Maatschappij yang yaitu buat 99 tahun lamanya, luasnja dari Mabar sampai ke Deli Tua. Selain dari pada itu telah tumbuh pula maskapai-maskapai lain.
Didalam tahun 1872 didalam kerajaan Deli saja sudah ada 12 ondernemingen ketika itu dengan menghasilkan 6409 pak tembakau, serta dengan menghasilkan kira-kira 1 millioen roepiah.
Dua belas tahun dibelakang sampai 44 ondernemingen dengan menghasilkan 27 millioen setengah. Sebaliknya di Djawa ketika itu hanya diperoleh opbrengst 7 millioen lebih saja.
* Perasaan tidak senang dari Bangsa Batak.
Buat melengkapkan cerita perkara ondernemingen di Deli, perlu juga diceritakan tentang perang Batak yang terdjadi dalam tahun 1872. Sebagaimana diceritakan diatas tadi, dewasa itu sudah banyak concessie uang diberikan oleh toeankoe Soeltan. Dalam pada itu ada terjadi perselisihan perkara keuntungan yang diperoleh toeankoe Sultan dari concessie iti. Kejurusan Soenggal dan Kampung Baru merasa berhak mendapat keuntungan itu.
Demikianlah terjadi perlawanan pada bulan Mei 1872. Tambahan pula Timbang Langkat menjadi perselisihan Toeankoe Soeltan dengan pengeran Langkat. Maka disana terbit pula perlawanan dari Datoek Ketjik,, Datoek Djalil dan Soebang Barat (anak Datoek Djalil).
Toeankoe Soeltan memperma’loemkan kepada Gouvernement supaya mengamankan perlawanan itu, yang berkesudahan dengan kedatangan militaire commandant dari Riouw, Militer itu terdiri dari 222 orang, 80 dari marine.
Sesampai di Labuan angkatan itu berangkat ke Kelompang (Arendsbrug) dimana Munnick menjadi administratornya.
Sampai disana, datangkabar dari onderneming Rotterdam dan Persévérance bahwa orang-orang Batak telah menyerang.
Sebahagian dari angkatan dikirim kesana, tetapi rupanya tidak dapat maksudnya, sebab perlawanan orang Batak ketika itu sangat hebatnya. Kemudian didaya upayakan buat menyerang musuh itu.
Diambil jalan dari sebelah soengei Bindjei, masuk ke Soenggal. Tatkala sampai disana di jumpai 60 orang kepala-kepala orang Batak, pengoeloe-pengoeloe, mereka ini menyatakan ingin berta’loek dihadapan Assistent Residet” dan Toeankoe Soeltan.
Mereka berjanji akan menyerahkan Datoek Djalil dan Datoek Ketjik kepada pembesar itu didalam 9 tempo hari. Kenyataan bahwa perjanjian itu tidak dipenuhi mereka, hingga soldadoe terpaksa kembali dipegunakan.
Hampir sebulan masih belum dapat diamankan keadaan itu. Tambahan pula kalau barisan boemipoetra kepunyaan toeankoe Soeltan saja yang dikirim, dengan mudah dapat diserang oleh kaum pemberootak.
Demikianlah dewasa itu adalah satu tempo yang menerbitkan ketakutan bagi kaum ondernemers. Akan tetapi tidak berapa lama pemberontakan itu dapat juga dipadamkan dengan kekuatan militer.
Pada tanggal 24 October 1872, Datoek Djalil dan Datoek Ketjik beserta anak anaknya menyerahkan diri. Mereka ini lalu dibawa ke Betawi.
Pemeriksaan yang teliti dilakukan oleh pemerintah kemudian ternyata, bahwa pemberontekan yang dilakukan orang-orang Batak itu tidak disebabkan oleh karena mereka itu tidak suka dengan ondernemers Eropa, tetapi adalah semata-mata disebabkan perbahagian yang mereka tidak peroleh dari keuntungan toeankoe Soeltan dengan adanya exploitatie itu.
*marjafri – Founder Komunitas Anak Nagari
*sumber : Deli Gids 1938